Tata
Rias dan Tata Busana dua serangkai yang tidak dapat dipisahkan untuk
penyajian suatu garapan tari. Seorang penata tari perlu memikirkan
dengan cermat dan teliti tata rias dan tata busana yang tepat guna
memperjelas dan sesuai dengan tema yang disajikan dan akan dinikmati
oleh penonton. Untuk itu memilih desain pakaian dan warna membutuhkan
pemikiran dan pertimbangan yang matang karena kostum berfungsi untuk
memperjelas pemeranan pada tema cerita.
Dibawah ini akan dijelaskan pengertian dari Tata Rias
- Tata Rias
Tata
rias merupakan cara atau usaha seseorang untuk mempercantik diri
khususnya pada bagian muka atau wajah, menghias diri dalam pergaulan.
Tata rias pada seni pertunjukan diperlukan untuk
menggambarkan/menentukan watak di atas pentas. Tata rias adalah seni
menggunakan bahan-bahan kosmetika untuk mewujudkan wajah peranan dengan
memberikan dandanan atau perubahan pada para pemain di atas
panggung/pentas dengan suasana yang sesuai dan wajar (Harymawan, 1993:
134). Sebagai penggambaran watak di atas pentas selain acting yang dilakukan oleh pemain diperlukan adanya tata rias sebagai usaha menyusun hiasan terhadap suatu objek yang akan dipertunjukan.
Tata
rias merupakan aspek dekorasi, mempunyai berbagai macam kekhususan yang
masing-masing memiliki keistimewaan dan ciri tersendiri. Dari fungsinya
rias dibedakan menjadi delapan macam rias yaitu:
1) Rias aksen, memberikan tekanan pada pemain yang sudah mendekati peranan yang akan dimainkannya. Misalnya pemain orang Jawa memerankan sebagai orang Jawa hanya dibutuhkan aksen atau memperjelas garis-garis pada wajah.
2) Rias
jenis, merupakan riasan yang diperlukan untuk memberikan perubahan
wajah pemain berjenis kelamin laki-laki memerankan menjadi perempuan,
demikian sebaliknya.
3) Rias
bangsa, merupakan riasan yang diperlukan untuk memberikan aksen dan
riasan pada pemain yang memerankan bangsa lain. Misalnya pemain bangsa
Indonesia memerankan peran bangsa Belanda.
4) Rias usia, merupakan riasan yang mengubah seorang muda (remaja/pemuda/pemudi) menjadi orang tua usia tujuh puluhan (kakek/nenek).
5) Rias
tokoh, diperlukan untuk memberikan penjelasan pada tokoh yang
diperankan. Misalnya memerankan tokoh Rama, Rahwana, Shinta, Trijata,
Srikandi, Sembadra, tokoh seorang anak sholeh, tokoh anak nakal.
6) Rias watak, merupakan rias yang difungsikan sebagai penjelas watak yang diperankan pemain. Misalnya memerankan watak putri luruh (lembut), putri branyak (lincah), putra alus, putra gagah.
7) Rias temporal, riasan berdasarkan waktu ketika pemain melakukan peranannya. Misalnya pemain sedang memainkan waktu bangun tidur, waktu dalam pesta, kedua contoh tersebut dibutuhkan riasan yang berbeda.
8) Rias
lokal, merupakan rias yang dibutuhkna untuk memperjelas keberadaan
tempat pemain. Misalnya rias seorang narapidana di penjara akan berbeda
dengan rias sesudah lepas dari penjara.
Untuk
dapat menerapkan riasan yang sesuai dengan peranan, diperlukan
pengetahuan tentang berbagai sifat bangsa-bangsa, tipe dan watak bangsa
tersebut. Selain itu diperlukan pula pemahaman tentang pengetahuan
anatomi manusia dari berbagai usia, watak dan karakter manusia, serta
untuk seni pertunjukan tari dibutuhkan pengetahuan tentang karakter dan
tokoh pewayangan.
b. Tata Busana
Busana (pakaian) tari merupakan segala sandang dan perlengkapan (accessories) yang dikenakan penari di atas panggung.
Tata pakaian terdiri dari beberapa bagian
1) Pakaian dasar, sebagai dasar sebelum mengenakan pakaian pokoknya. Misalnya, setagen, korset, rok dalam, straples
2) Pakaian kaki, pakaian yang dikenakan pada bagian kaki. Misalnya binggel, gongseng, kaos kaki, sepatu.
3) Pakaian tubuh, pakaian pokok yang dikenakan pemain pada bagian tubuh mulai dari dada sampai pinggul. Misalnya kain, rok, kemeja, mekak, rompi, kace, rapek, ampok-ampok, simbar dada, selendang, dan seterusnya.
4) Pakaian kepala, pakaian yang dikenakan pada bagian kepala. Misalnya berbagai macam jenis tata rambut (hairdo) dan riasan bentuk rambut (gelung tekuk, gelung konde, gelung keong, gelung bokor, dan sejenisnya).
5) Perlengkapan/accessories,
adalah perlengkapan yang melengkapi ke empat pakaian tersebut di atas
untuk memberikan efek dekoratif, pada karakter yang dibawakan. Misalnya
perhiasan gelang, kalung, ikat pinggang, kamus timang/slepe ceplok, deker (gelang tangan), kaos tangan, bara samir, dan sejenisnya.
Perlengkapan atau alat yang dimainkan pemeran di atas pentas disebut dengan istilah property. Misalnya, selendang, kipas, tongkat, payung, kain, tombak, keris, dompet, topi, dan semacamnya.
Tata rias dan busana ini berkaitan erat dengan warna, karena warna di alam seni pertunjukan berkaitan dengan karakter seorang tokoh yang dipersonifikasikan kedalam warna busana yang dikenakan beserta riasan warna make up oleh tokoh bersangkutan oleh karenanya warna dikatakan sebagai simbol. Dalam pembuatan busana penari, warna dapat juga digunakan hanya untuk mengungkapkan kemungkinan-kemungkinan keindahannya saja dalam memadukan antara yang satu dengan lainnya. Dalam pembuatan kostum, warna menjadi syarat utama karena begitu dilihat warnalah yang membawa kenikmatan utama. Di dalam buku Dwimatra (2004: 28 – 29) warna dibedakan menjadi lima yaitu, warna primer, sekunder, intermediet, tersier, dan kuarter.
a) Warna primer yaitu disebut juga warna pokok/warna utama, yang terdiri dari warna merah, kuning, dan biru.. Warna merah
adalah simbol keberanian, agresif/aktif. Pada dramatari tradisional
warna tersebut biasanya dipakai oleh raja yang sombong, agresif/aktif.
Misalnya: Duryanada, Rahwana, Srikandi. Warna biru mempunyai kesan
ketentraman dan memiliki arti simbolis kesetiaan. Pada drama tradisional
warna tresebut dipakai oleh seorang satria atau putri yang setia kepada
Negara dan penuh pengabdian. Misalnya; Dewi Sinta, Drupadi. Warna
kuning mempunyai kesan kegembiraan.
b) Warna sekunder adalah warna campuran yaitu hijau, ungu, dan orange.
c) Warna
intermediet adalah warna campuran antara warna primer dengan warna
dihadapannya. Misalnya warna merah dicampur dengan hijau, biru dengan orange, kuning dengan violet.
d) Warna tersier adalah campuran antara warna primer dengan warna sekunder yaitu warna merah dicampu orange, kuning dengan orange, kuning dengan hijau, hijau dengan biru, biru dengan violet, violet dengan merah.
e) Warna kuarter yaitu percampuran antara warna primer dengan warna tersier, dan warna sekunder dengan tersier yang melahirkan 12 warna campuran baru..
f) Warna
netral yaitu hitam dan putih. Warna hitam memberikan kesan kematangan
dan kebijaksanaan. Pada drama tradisional biasa dipakai oleh satria,
raja, dan putri yang yang bijaksana. Misalnya Kresna, Puntadewa, Kunti.
Sedangkan warna putih memberikan kesan muda, memiliki arti simbolis kesucian. Di dalam drama tradisional warna tersebut dipakai oleh pendeta yang dianggap suci.
Warna-warna tersebut di atas dapat digolongkan menjadi dua bagian sesuai dengan demensi, intensitas, terutama
bila dikaitkan dengan emosi seseorang yang disebut dengan warna panas
dan warna dingin. Warna panas yaitu merah, kuning, dan orange. Warna
dingin terdiri atas hijau, biru, ungu, dan violet.
Dalam
pembuatan pakaian tari warna dan motif kain menjadi perhatian dan bahan
pertimbangan, karena berhubungan erat dengan peran, watak, dan karakter
para tokohnya.
Warna
sebagai lambang dan pengaruhnya terhadap karakter dari tokoh (pemain).
Penggunaan warna dalam sebuah garapan tari dihubungkan dengan fungsinya
sebagi simbol, di samping warna mempunyai efek emosional yang kuat
terhadap setiap orang.
Warna biru memberi kesan perasaan tak berdaya (tidak merangsang), terkesan dingin. Warna hijau memberi
kesan dingin. Warna kuning dan orange memberi kesan perasaan riang,
menarik perhatian. Warna merah memberi kesan merangsang, memberi
dorongan untuk berpikir (dinamis). Warna merah Jambu mengandung kekkutan
cinta. Warna Ungu memberi kesan ketenangan.
10. Property
Properti adalah semua peralatan yang dipergunakan untuk kebutuhan tari. Biasanya property disesuaikan dengan tema tarian yang akan ditampilkan baik untuk tarian putra maupun tarian putri. Berdasarkan pemanfaatannya property dibedakan menjadi dua yaitu: dance prop dan stage prop.
Dance prop adalah segala peralatan yang dipakai /dipegang atau dimainkan oleh seorang penari pada waktu menari. Adapun property yang biasa dipakai dalam tari trasional di Indonesia: kipas, saputangan, selendang/sampur, panah, keris, pedang, tameng, gada, tombak, kendi, boneka, sabit, caping, tenggok, tali, payung, bokor dan sebagainya. Dalam pemakaian property yang perlu dipertimbangkan adalah mengusahakan agar alat tersebut bisa menyatu dengan gerak, dan sesuai dengan isi garapan tarinya.
Stage prop
adalah segala peralatan yang ditata di atas panggung yang membantu
penampilan garapan tarinya. Alat-alat yang biasa dipakai antara lain
bingkai, trap, gapura, pepohonan, sekat, dan juntaian kain.
11.Lighting / Tata Lampu
Tata
lampu berfungsi untuk memberi penerangan penari di atas panggung,
disamping itu tata lampu juga berfungsi untuk membantu
mempertkuat/mengangkat suasana dalam garapan karya tari.
Tata lampu dibedakan menjadi dua yaitu: lampu tradisional dan lampu modern.
a. Lampu tradisional, masih bersifat sederhana menggunakan minyak tanah misalnya: obor, lampu teplok, petromak, lilin.
b. Lampu modern, menggunakan alat bantuan tenaga listrik. Misalnya spot light, strip light, foot light
(lampu kaki), lampu ini bias sehingga perlu diberi kertas warna untuk
dapat memantulkan sinar yang berwarna-warni dengan tujuan dapat
mewujudkan/membantu suasana yang diinginkan.
Fungsi
Tata Lampu, sebagai alat penerangan, penciptaan suasana, misalnya
suasana agung dengan warna kuning, perang (warna merah), sedih (warna
ungu). Penguat adegan misalnya penggunaan follow untuk menguatkan adegan percintaan.
12. Stage / Tata Panggung
Bentuk
panggung seni pertunjukan di Indonesia sesuai dengan jenis pementasan
dibedakan menjadi dua bentuk, yaitu bentuk tradisional, dan modern.
Bentuk tradisional sangat kaya sesuai dengan daerah yang ada di
Nusantara
ini yang diwariskan oleh nenek moyang dan terpelihara dengan baik
sampai sekarang. Adapun bentuk-bentuk panggung tersebut yaitu: pendapa di Jawa, bentuk wantilan di Bali, rumah gadang di Sumatera., arena dan sebagainya.
Sedangkan panggung modern adalah bentuk panggung proscenium baik dalam bentuk tertutup maupun terbuka. Bentuk tertutup biasanya dibatasi dengan wing yang ada pada sisi kanan dan kiri panggung.
C. Koreografi
Seorang
koreografer dan pakar tari Sal Murgiyanto mengungkapkan koreografi
adalah pemilihan dan tindakan atau proses pemilihan dan pembentukan
gerak menjadi sebuah tarian . Sementara itu dikatakan kata koreografi
berasal dari bahasa Yunani yaitu choreia ( tarian koor) dan graphia (penulisan). Koreografi berarti penulisan dari tarian koor. Dalam perkembangan selanjutnya koreografi dimaksudkan cara merencanakan laku baik ditulis maupun tidak.
1. Aspek-aspek Koreografi
Dalam
membuat suatu koreografi selalu dihadapkan pada bentuk sebagi wujud
dari hasil akhir yang bisa dinikmati oleh penonton, oleh karenanya ada
beberapa aspek yang harus dipertimbangkan guna mencapai hasil tersebut
diantaranaya:
aspek isi, bentuk, tehnis, dan proyeksi.
- Aspek Isi
Aspek
isi adalah pokok masalah (dapat juga diartikan tema) dari sebuah karya
tari. Dalam karya tari isi dapat ditangkap lewat gerak-gerak yang
diungkapkan oleh penari. Isi menjadi bagian yang penting
yang harus sejak awal sudah diyakini oleh penata tari karena lewat isi
inilah penata tari akan terbimbing dalam mendapatkan gerak serta
menentukan langkah-langkah yang berkaitan dengan dramatic, dinamika,
serta penokohan bila ada.
- Aspek Bentuk
Bentuk diartikan sebagai wujud, bangun dan dalam bahasa Inggris diartikan sebagai form. Bentuk
dalam sebuah karya tari adalah terjemahan dari isi dan merupakan
penyatuan dari berbagai elemen yang dihadirkan di dalam ruang (di atas
panggung). Elemen tersebut baik berupa gerak, desain lantai, dinamika,
dramatik dan yang lainnya.
- Aspek Teknis
Aspek
tehnis adalah salah satu sarana untuk mencapai sasaran atau salah satu
alat untuk mencapai terwujudnya bentuk. Melalui aspek tehnis ini
membantu para penata tari untuk mewujudkan isi. Penata tari diharapkan
memiliki dasar tehnik gerak yang baik dan kuat, ini tentunya tidak lepas dari bekal gaya (style) tari etnis yang ada di nusantara.
Apabila
seorang mahasiswa akan berkarya dia harus membekali dirinya dengan gaya
dan tehnik tari yang dipilih dengan baik, misalnya yang dipilih gaya
Yogyakarta khususnya tari putri halusan, disini penata tari harus tahu
dan menguasai patokan-patokan yang ada dalam tari putri halus gaya
Yogyakarta, apa yang menjadi ciri gaya halusan putri.dan patokan-patokan gerak yang harus ditaati.
Dalam
kaitannya dengan hal tersebut pemilihan penari juga memegang peran
penting karena keberhasilan piñata tari sangat tergantung pada penari,
oleh karenanya sangat dibutuhkan penari-penari yang trampil dan sensitif
untuk mendukung gaya tersebut. Tehnik adalah sarana untuk mencapai
sasaran
- Aspek Proyeksi/jembatan
Aspek
proyeksi adalah hubungan magis antara bentuk sajian karya tari dengan
penonton. Dalam kaitannya dengan proyeksi pemain/penarilah yang memegang
peran penting Karena ide koreografer diterjemahkan oleh penari dan
diungkapkan lewat gerak Oleh karenya keterlibatan ,disiplin,
keterampilan gerak, ekspresi mimic dan ekspresi gerak harus terjalin dengan baik antara piñata penari dengan penari.
Pemilihan gerak yang tepat dan cermat sesuai dengan tema garapan menjadi hal yang utama dengan harapan pesan-pesan yang diinginkan piñata tari sampai ke penonton.
2. Proses Peggarapan Koreografi
a. Eksplorasi
Eksplorasi diartikan sebagai penjajagan sebagai
pengalaman untuk menanggapi beberapa obyek dari luar yang sering
disebut juga dengan berpikir, berimajinasi, merasakan,meresponsikan.
Kegiatan ini dilakukan lewat berbagai aktivitas yaitu pengamatan
terhadap peristiwa yang terjadi dilingkungan sekitarnya, peristiwa alam,
dengan membaca cerita baik cerita sejarah, legenda, novel, cerpen, epos
Mahabarata, Ramayana, ritual keagamaan bahkan sampai peristiwa yang
dialami sendiri oleh piñata tari.
Dari
peristiwa yang terjadi dilingkungan sekitar misalnya tentang
kemiskinan, demonstrasi dari masyarakat dalam menentang kondisi politik,
keramaian pasar , panen raya dan yang lainnya. Sedangkan
dari peristiwa alam terjadinya gunung meletus, gempa bumi, sunami,
kebakaran, angina rebut, tanah longsor,badai di tengah lautan, ombak,
banjir dan yang lainnya. Dari pristiwa tersebut di atas apa yang bisa
ditangkap oleh koreografer selanjutnya dituangkan ke dalam satu ide
garapan. Eksplorasi tidak tergantung hanya pada obyek yang dapat dilihat
saja, melainkan dapat juga dengan membayangkan atau berangan-angan
terhadap obyek yang belum pernah dilihat misalnya dasar laut, dinginnya
salju, panasnya bara api, tentang mahluk halus.
- Improvisasi
Improvisasi diartikan sebagai penemuan gerak
secara spontan, entah gerak tersebut pernah dilihat sebelumnya ataukah
muncul pada saat pencarian gerak. Pada saat improvisasi sangat dituntut
kepercayaan diri seseorang dan tidak terpengaruh atau meniru orang lain.
Improvisasi
dapat dilakukan dengan beberapa cara/tahap yaitu diawali dari gerak
sederhana melalui bagian-bagian anggota badan seperti menggerakan kaki,
lengan, kepala, badan yang dilakukan mulai gerak di tempat selanjutnya
berpindah tempat serta menggabungkan beberapa gerak dari anggota tubuh.
Selanjutnya
dapat diisi dengan mengisi ruang, mengolah level, mengisi suara musik
mengisi tempo dan ritme. Untuk melatih penemuan gerak-gerak seperti
tersebut diatas sebaiknya para mahasiswa diajak untuk berkonsentrasi
dengan memejamkan mata guna menghindari pengaruh disekitarnya atau
meniru teman lain.
Dalam latihan improvisasi bisa dilakukan dengan berbagai cara misalnya
mahasiswa disuruh bergerak berlawanan arah satu dengan yang lainnya,
dengan sentuhan maksudnya ketika disentuh oleh temannya langsung ikut
bergerak.
- Evaluasi
Evaluasi dimaksudkan setelah melewati improvisasi dengan
mendapatkan penemuan gerak yang cukup banyak, koreografer harus memilih
gerak- gerak yang didapatkan disesuaikan dengan tema yang digarap.
Seorang piñata tari harus mengambil keputusan dipakai dan tidaknya gerak
yang telah didapat
- Pembentukan/Komposisi
Setelah melewati evaluasi selanjutnya
adalah pembentukan, pada proses ini pembentukan dimaksudkan adalah
bagaimana gerak menjadi satu kesatuan /rangkaian (Jawa disebut ragam).
Dalam hal ini sudah barang tentu gerak sudah diarahkan pada tema ,
bentuk, setruktur, irama yang berkaitan dengan ritme dan tempo garapan
dan disesuaikan dengan tema garapan. Gerak disini sudah membentuk satu
ragam dan telah mempertimbangkan transisi/perpindahan dari ragam satu
keragam berikutnya.
3. Kreativitas
Kreativitas
merupakan suatu proses mental yang dilakukan individu berupa gagasan
ataupun produk baru atau mengkombinasikan antara keduanya yang pada
akhirnya akan melekat pada dirinya (JJ Gallagher dalam Yeni Rochmawati,
2005: 15). Sementara itu Supriyadi (1994: ) mengutarakan kreativitas
adalah kemampuan seseorang untuk melakukan sesuatu yang abru baik berupa
gagasan maupun karya nyata yang relative berbeda dengan apa yang telah
ada. Definisi berilutnya diutrakan oleh Csikzentmihalyi (dalam Munandar,
1995) mengatakan bahwa kreativitas merupakan pengalaman dalam
mengekspresikan dan mengaktualisasikan identitas individu dalam bentuk
terpadu antara hubungan diri sendiri, alam, dan orang lain. Sementara
itu menurut Sumandiyo Hadi (1983: 7) kreativitas adalah kemampuan untuk
menciptakan sesuatu yang baru dari segala apa yang telah ada maupun
yang belum pernah ada. Tabrani (200:43) memberikan definisinya tentang
kreativitas adalah salah satu kemampuan manusia yang dapat
membantu kemampuannya yang lain hingga sebagai keseluruhan dapat
mengintegrasikan stimulasi- luar dengan stimulasi dalam sehingga tercipta sesuatu kebulatan yang baru.
Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa
kreativitas merupakan suatu proses mental individu yang melahirkan
gagasan, proses, metode ataupun produk baru yang bersifat imajinatif,
estetis, fleksibel, integrasi dan berdaya guna dalam berbagai bidang
untuk pemecahan ssuatu masalah.
Ada 5 macam perilaku kreatif Nursito ( dalam Rachmawati: 16 -17)
- Kelancaran (fluency) yaitu,kemampuan mengemukakan ide-ide yang serupa untuk memecahkan suatu masalah.
- Keluwesan (flexibility) yaitu kemampuan untuk menghasilkan berbagai macam ide guna memecahkan suatu masalah di luar katagori yang biasa..
- Keaslian (originality) yaitu kemampuan memberikan respon yang unik atau luar biasa.
- Keterperincian (Elaboration) yaitu kemampuan menyatakan pengarahan ide secara terperinci untuk mewujudkan ide menjadi kenyataan
- Kepekaan (Sensitivity) yaitu kepekaan menangkap dan menghasilkan masalah sebagai tanggapan terhadap suatu situasi.
Ciri-ciri pribadi yang kreatif menurut Supriadi (dalam Munandar, 2005: 17)
1) Terbuka terhadap pengalaman baru.
2) Fleksibel dalam berpikir dan merespon.
3) Bebas dalam menyatakan pendapat dan perasaan.
4) Menghargai fantasi.
5) Tertarik pada kegiatan-kegiatan kreatif.
6) Mempunyai pendapat sendiri dan tidak terpengaruh orang lain.
7) Mempunyai rasa ingin tahu yang besar.
8) Toleransi terhadap perbedaan pendapat dan situasi yang tidak pasti.
9) Berani mengambil resiko yang diperhitungkan.
10) Percaya diri danmandiri.
11) Memiliki tanggung jawab dan komitmen kepada tugas.
12) Tekun dan tidak mudah bosan.
13) Tidak kehabisan akal dalam memecahkan masalah.
14) Kaya akan inisiatif.
15) Peka terhadap situasi lingkungan.
16) Lebih berorientasi ke masa kini dan masa depan dari pada masa lalu.
17) Memiliki citra diri dan stabilitas emosi yang baik.
18) Tertarik kepada hal-hal yang abstrak, kompleks, holistic, dan mengandung teka-teki.
19) Memiliki gagasan yang orisinal.
20) Mempunyai minat yang luas.
21) Menggunakan waktu luang untuk kegiatan yang bermanfaat dan konstruktif bagi pengembangan diri.
22) Kritis terhadap pendapat orang lain.
23) Senang mengajukan pertanyaan.
24) Memiliki kesadaran etik, moral dan estetika yang tinggi.
Kreativitas
akan muncul pada individu yang memiliki motivasi tinggi dan hanya
berkembang dalam proses kreasi baik dalam ukuran besar maupun kecil.
Dalam
proses kreatif ada beberapa factor yang perlu diperhatihan antara lain:
lingkungan, sarana, keterampilan, identitas, orisinalitas, dan
apresiasi.
- Lingkungan, teridiri dari lingkungan dalam ( internal) dan lingkungan luar (eksternal). Lingkungan dalam adalah factor pribadi yang berkaitan dengan kemampuan dan bakat seseorang. Sedangkan lingkungan luar adalah factor yang berasal dari luar diri seseorang yang dapat mempengaruhi proses kreatif seperti pendidikan, sering menonton pertunjukan, terlibat dalam pementasan.
- Sarana /fasilitas, terdiri dari fisik dan non-fisik. Fisik dapat diartikan tubuh manusia yang dipakai sebagai media ungkap, disamping itu fisik juga diartikan sebagai tempat untuk menyelenggarakan kegiata. Sedangkan non-fisik berkaitan dengan alat/properti yang dapat membantu/memberi inspirasi seseorang.
- Keterampilan/skill, dapat diartikan sebagai suatu cara untuk mengerkan dengan cepat dan tepat. Bagi seseorang yang memiliki daya kreativitas yang tinggi akan dapat dengan cepat merespon peristiwa-peristiwa yang terjadi dan menuangkan ke dalam kedalam suatu karya. Berkaitan dengan dunia tari kegiatan ini dilakukan untuk mencapai keterampilan gerak secara teknis, karena keterampilan gerak adalah bekal yang tak ternilai harganya untuk dikembangkan dan digunakan sebagai sarana penari untuk memenuhi perwujudan sebuah tarian.
- Identitas/gaya, apapun yang ditampilkan oleh seniman cirri pribadinya akan nampak dalam karyanya dan juga cirri lingkungan dimana seniman tersebut berada.
- Orisinalitas/keaslian, walaupun seniman itu hanya meramu , menyusun namun orisinalitas tetap harus dijaga.
- Apresiasi/penghargaan, maksudnya penghargaan sebagai dorongan yang memberi semangat dalam proses kreatif.
sumber: http://sritatabusana.blogspot.co.id/2012/11/pengertian-tata-rias-dan-busana.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar