1. Tari Reog Ponorogo
|
Tari Reog Ponorogo |
Tari Reog berasal dari Ponorogo, Jawa Timur. Biasanya dibawakan oleh
6-8 pria dan 6-8 wanita. Tarian ini melewati beberapa sesi, sehingga
memiliki durasi yang terbilang panjang. Tapi kalau kamu suka dengan
seni, tidak akan bosen deh melihatnya.
Menurut sejarah, tarian ini diambil dari perjalanan Prabu Kelana
Sewandana yang sedang mencari pujaan hatinya, perjalanan beliau ditemani
oleh prajurit dan patihnya yaitu Bujangganong. Hingga akhirnya
bertemulah ia dengan Dewi Sanggalangit seorang putri Kediri. Namun, ia
akan menerima cintanya bila Sang Prabu berhasil menciptakan sebuah
kesenian.
Disinilah mulai terciptanya Tari Reog demi membuktikan cinta Prabu
Kelana pada Sang Putri. Ia meminta bala bantuan prajurit-prajuritnya
untuk mengisikan tarian yang diciptakannya.
Terciptalah 5 komponen penari yang mengisi Tari Reog Ponorogo, yaitu :
a. Prabu Kelono Sewandono
b. Patih Bujangganong
c. Jathil
d. Warok
e. Pembarong
Saya kagum dengan tarian ini, karena ada sesi dimana seorang penari
menggunakan topeng seperti barongsai berukuran hampir sebesar tubuhnya,
berat topeng itu sekitar 50 kg. Kerennya, penari itu menahan topeng
sebesar itu dengan giginya. Bayangkan saja, bagaimana caranya para
penari itu bisa menahan berat 50 kg dengan giginya?
Topeng yang digunakan pun tidak murah, cara pembuatannya membutuhkan
waktu yang tidak singkat. Pengrajin topeng reog pun tidak cuman belajar 5
-12 bulan. rata-rata mereka menghabiskan 7-10 tahun untuk belajar
membuat topeng ini.
Untuk mengetahui lebih lanjut tentang tarian ini pun memakan waktu
yang lebih panjang, karena tiap sesi penari akan diganti dengan tarian
yang berbeda. Seperti
novel saja. Ada kata pengantar, pembukaan, isi cerita, penutup dan prolog.
Tidak aneh, tarian ini sangat diminati oleh wisatawan asing. Kita harus bangga punya budaya beraneka ragam.
2. Tari Gandrung Banyuwangi
Tari Gandrung Banyuwangi
Tarian tradisional selanjutnya bernama Tari Gandrung Banyuwangi
berasal dari Banyuwangi, kata gandrung melambangan panggilan Dewi Sri,
dimana pada zaman itu Dewi Sri dianggap Dewi Padi yang dapat memberi
kesuburan dan kesejahteraan bagi masyarakat.
Tarian ini juga satu genre dengan tarian Ketuk Tilu. Menurut sejarah,
tarian ini muncul pada saat dibangunnya ibu kota Balambangan, hingga
akhirnya salah satu seniman menulis suatu makalah tentang seorang lelaki
yang keliling ke pedasaan dengan beberapa pemain musiknya.
Cerita itu menjadi cerita rakyat yang dibawa secara turun-temurun.
Hingga akhirnya terciptalah Tari Gandrung Banyuwangi, saat itu
masyarakat yang menikmatinya akan memberi beberapa barang seperti beras,
pangan atau barang lainnya sebagai imbalan.
Kostum yang digunakan adalah baju dari beludru, beserta atributnya.
Di bagian kepala, menggunakan mahkota bernama omprok, untuk bagian
kakinya menggunakan samping batik. Dan musik pengiringnya adalah kempul
atau gong.
3. Tari Wayang Topeng
Tari Wayang Topeng
Jika di Jawa Barat ada tari topeng, di Jawa Timur pun sama. Kota
Malang adalah asal muasalnya lahir Tari Wayang Topeng, tidak diherankan
lagi mengapa disebut tari wayang topeng, hal ini karena penari menggunakan pakaian seperti wayang kulit.
Dulunya tari wayang topeng diadakan hanya sebagai pertunjukan ritual saja.
Topeng disini dilambangkan sebagai rasa apresiasi pada wajah nenek
moyang. Dimana saat itu topeng memiliki arti menghargai roh leluhur.
Tidak heran, bila tarian ini sedikit bernuasana mistik.
Sejarah singkatnya tari wayang topeng digunakan saat agama Islam
memasuki wilayah Jawa, dan tarian ini dijadikan salah satu trik untuk
merebut hati orang Jawa yang saat itu agama Hindu masih kental.
Ternyata beda dengan Tari Topeng asal Jawa Barat yang menggunakan
background sejarah wayang golek. Tari topeng Jawa Timur ini mengisahkan
cerita Ramayana dan Panji.
Musik pengiring yang digunakan adalah bonang, gong, gamelan dan kendang.
4. Tari Jaranan Buto
Tari Jaranan Buto
Tarian traidisional berikut berasal dari Banyuwangi, Jawa Timur. Kata
‘buto’ mengandung arti raksasa. Jadi, tari jaranan buto mengandung arti
kuda lumping raksasa.
Tarian ini biasanya dimainkan oleh 16-20 orang. Hanya saja, tarian
ini pun hampir musnah, biasanya tarian ini dipentaskan ketika ada acara
khinatan dan pernikahan. Penarinya pun rata-rata laki-laki.
Bisa dilihat pada gambar, mereka bermake up tebal dan sangat
menyeramkan. Konon katanya karena Jaranan Buto diambil dari Menak
Jinggo. Sosok manusia yang berwajah raksasa.
Gerakannya pun terkadang ekstrim, ada akting bertengkar. Hati-hatilah
kamu bila ingin mengikuti tarian ini, tidak aneh bila di akhir acara
salah satu pemain akan kesurupan.
Musik yang digunakan adalah kendang, dua gong besar, kecer, dua bonang, dan kempul terompet.
5. Tari Remo
Tari Remo
Tarian tradisional selanjutnya adalah Tari Remo. Zaman dulu tari remo menjadi salah satu tarian untuk menyambut tamu agung.
Tarian ini diciptakan oleh pengamen saat tempo dulu. Pada masa itu,
memang hampir kebanyakan orang diharuskan untuk bisa menari. Bahkan
pengamen pun bisa menari.
Biasanya tarian ini ditarikan oleh laki-laki, namun seiring dengan
zaman tarian ini boleh dibawa oleh perempuan hingga dimunculkan nama
tarian Tari Remo Putri. Dulunya, tarian ini sebagai pembuka pertunjukan
ludruk. Seiring dengan zaman tarian ini dipentaskan setiap ada
pertunjukan kesenian.
Busana yang digunakan pun berbeda-beda yaitu busana gaya Surabayan, gaya malangan, remo putri, jombangan, dan sawunggaling. Musik pengiringnya adalah gamelan.
6. Tari Glipang
Tari Glipang
Pertama saya lihat tarian tradisional ini, yang dilihat adalah
pakaian. Karena pakaian yang digunakan seperti pakaian untuk laki-laki,
dan alat musik yang ditabuh seperti yang digunakan di negara Arab.
Tarian ini biasanya ditarikan oleh laki-laki. Sedangkan tarian yang
saya lihat ditarikan oleh perempuan. Ternyata tarian ini menceritakan
tentang prilaku para penjajah saat itu.
Nama Glipang itu sendiri berawal dari kata Gholiban diambil dari bahasa Arab yang artinya kebiasaan.
Sejarah singkatnya, tarian ini dibuat oleh Seno Truno, saat ia
bekerja sebagai mandor penebang tebu di perusahaan milik Belanda. Karena
sikap Belanda yang sewenang-webang membuat ia berhenti bekerja. Ia pun
berinisiatif membuat tarian yang menggambarkan sejarah kehidupannya.
Kalau dilihat dari gerakannya, ia seperti berada dalam posisi
kuda-kuda seakan mau menyerang, gerakan yang seolah gagah perkasa
mencirikan koloneal Belanda yang ingin dipandang tinggi. Kesan kakunya
menandakan emosional. Adapun beberapa gerakan, dimana tangan memegang
pinggang, bila diartikan dalam kehidupan sehari-hari, gerakan tersebut
sangat tidak sopan.
Namun seiring dengan zaman, tarian tersebut sedikit dipoles untuk menandakan keadaan masyarakat, yang saat itu mayoritas prajurit yang melawan para penjajah.
7. Tari Beskalan
Tari Beskalan
Tarian ini berasal dari Malang, Jawa Timur. Beskalan diambil dari
kata ‘bakalan’. Tarian ini sangat tua, diperkirakan salah sudah berusia
ratusan tahun.
Bila dilihat dari gerakan menarinya, tarian ini menampilkan keanggunan seorang wanita, wanita yang feminim, lincah dan dinamis.
Jika kamu tidak peka dengan jenis tarian, mungkin kamu akan mengira
tarian ini adalah tari Jaipong. Karena memang mirip sekali. Tapi hal ini
bisa dibedakan dari bahasa Sindennya.
Pakaian yang digunakan adalah Wedokan, semyok, khiasan kepala ( sanggul ), slendang, dan atribut lainnya.
Alat musik pengiringnya adalah kendang, jidor, sinden dan lain-lain.